Month: Januari 2021

Asa Pendidikan Pasca Banjir

Banjarmasin Post, Sabtu_30 Januari 2021 (baca pada halaman 4 di https://drive.google.com/file/d/12DgsBtj6AE4de1OgXP1J9ciPjVJeG_cj/view?usp=sharing)

Oleh MOH. YAMIN: pengajar di Unversitas Lambung Mangkurat, peserta program doktoral Universitas Negeri Surabaya

Bencana banjir (14/01/2021) yang diawali dengan adanya curah hujan (12-13/01/2021), kemudian menghantam dan meluluhlantakan sebagian besar di Kalimantan Selatan kini menyisakan perjalanan baru bagi perjalanan hidup di Banua, termasuk di dalamnya perjalanan pendidikan ke depan. Banyak sekolah hancur dan fasilitas pendidikan lainnya tidak lagi bisa digunakan selama kurun waktu tertentu. Biasanya para guru dapat menggunakan fasilitas sekolah sebagai bagian dari upaya melangsungkan pendidikan dan pembelajaran secara virtual selama masa pandemi pun menjadi mustahil terjadi. Ini belum lagi berbicara rumah-rumah para guru dan anak siswa yang juga terdampak banjir sehingga tidak memungkinkan mereka melakukan pembelajaran pasca banjir. Praktis, perjalanan pendidikan yang diniatkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa pun terhenti total hingga segala fasilitas sekolah dan pendidikan menjadi dibangun kembali, disegarkan kembali. Pendidikan dan pembelajaran dimungkinkan dapat berlangsung secara normal baru ketika kehidupan infrastruktur pendidikan dan bangunan pendukung lainnya sudah kembali dibangun.

Selama masa pemulihan pasca banjir, anak-anak tidak mungkin bisa belajar secara layak sebab fasilitas belajar sudah tidak ada. Kendatipun ada, daya dukung pelaksanaannya sangat minim. Guru pun di tengah sedang pemulihan kehidupan rumah tangganya pasca banjir juga tidak mungkin bisa maksimal melakukan peran pendidik sebab mereka dihadapkan pada situasi agar kehidupan keluarganya kembali sehat dan kondusif. Kondisi ini memerlukan proses panjang agar aktivitas sekolah bisa kembali berproses dengan sedemikian baik sehingga apapun yang dilakukan guru terhadap para anak didiknya pada masa pemulihan pasca banjir dalam konteks pelayanan pendidikan menjadi perlu dimaklumi. Kita semua sependapat bahwa ada asa pendidikan pasca banjir. Semua memiliki harapan bahwa semua anak didik dapat menerima proses belajar dan pendidikan yang tetap berlangsung walaupun dalam kondisi dan situasi apapun. Kita berpandangan bahwa bencana banjir bukan penghalang untuk kemudian pesimis untuk berbuat sesuatu hal yang baik dan lebih baik.

Makna Pendidikan di Tengah Bencana

Pendidikan selalu memiliki makna kontekstual di setiap masa dan kejadiannya. Pendidikan di masa dan paca banjir tentu mengajarkan bahwa marilah untuk selalu memberikan pelajaran dan pendidikan, sesuai batas kemampuan baik yang dilakukan guru maupun yang diterima anak didiknya. Pendidikan sangat dekat dengan kehidupan setiap manusia baik guru, anak didik, maupun lingkungan sekitar sehingga menjadi wajar apabila sudah seharusnya proses belajar anak didik dan proses mengajar guru kepada anak didik pun perlu fleksibel supaya tidak menjadi beban berat bagi anak didik dan para gurunya. Ini berarti bahwa praksis pendidikan sudah seharusnya selalu berkomunikasi secara keluwesan berproses dan berdialektika agar tidak ada yang merasa tertekan dalam belajar dan menjalani pembelajaran.

Sebagai insan pendidikan baik guru maupun anak didik, pendidikan bagi mereka perlu didefinisikan sebagai upaya membangun kesadaran bahwa belajar di masa bencana dan pasca bencana bukan untuk mencapai target tujuan pembelajaran, namun lebih dititikberatkan kepada bagaimana insan pendidikan selalu mengingat pentingnya pendidikan. Jangan karena dihadapkan kepada bencana, proses hidup belajar kemudian terhenti dan berhenti. Jangan karena ditimpa musibah, pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran ditiadakan. Belajar terus dihidupkan demi upaya membangun dan meningkatkan kesadaran hidup terhadap alam sekitar dan kepekaan terhadap situasi apapun. Pasalnya, belajar di masa bencana dan pasca bencana akan lebih memberikan hikmah sehingga baik guru maupun anak didik dapat mempelajari banyak hal yang sebelumnya tidak didapat di masa bukan bencana. Selalu ada pelajaran berharga yang kemudian dapat diperoleh baik oleh guru maupun anak didik sehingga pembelajaran yang dilakukan guru kepada anak didiknya akan lebih membangun pribadi yang peduli lingkungan, selalu berpikir ekologis, dan lain seterusnya. Oleh sebab itu, pendidikan menumbuhkembangkan kesadaran hidup kemanusiaan berbasis ekologis.

Kehadiran Negara

Sekolah hancur dengan segala fasilitasnya, termasuk keberlangsungan kehidupan guru sudah semestinya menjadi tanggung jawab negara dalam menggerakkan kembali mereka berbuat. Pendidikan di Banua harus bangkit demi menyongsong kehidupan pendidikan bagi Banua dan Indonesia. Duka dan nestapa sudah pasti dihadapi para guru walaupun tidak semua guru mengekspresikan hal tersebut secara eksplisit. Keberlangsungan pendidikan di republik ini menjadi tanggung jawab negara sehingga saatnya negara mengambil peran strategis untuk membangun kembali infrastruktur. Rumah-rumah anak didik yang juga hancur pun perlu dibangun kembali agar mereka punya tempat berteduh dan menjadikan rumahnya sebagai tempat belajar. Oleh karenanya, negara kemudian hadir bukan semata membangun, namun juga mengawal pembangunan pendidikan yang betul-betul kembali normal dan kondusif untuk masa pendidikan yang lebih baik. Kehidupan sekolah, guru, anak didik, dan lingkungan sekitar yang baik menjadi pendukung bagi upaya pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran seutuhnya. Pendidikan, dengan demikian, menjadi tanggung jawab bersama dalam rangka melakukan kerja-kerja pencerdasan bagi kehidupan bangsa.    

Optimis Bangkit

Mari bergandengan tangan untuk saling menguatkan demi meringankan beban saudara-saudara kita yang terkena musibah banjir. Bencana bukan berarti kita menjadi patah semangat untuk bangkit, namun harus bangkit untuk melakukan kerja-kerja pembangunan yang jauh lebih besar dan visioner. Anak-anak yang terdampak bencana perlu disemangati, mendapatkan bantuan pelayanan pendidikan dan diarahkan supaya tidak meratapi keadaan yang sudah terjadi. Perjalanan hidup bangsa ini sangat panjang. Perjalanan masa depan anak-anak sangat panjang, sepanjang usianya dalam menata hidup dan kehidupan, berproses dalam belajar dan begitu seterusnya sehingga mereka menjadi penting untuk dipedulikan dan diperhatikan. Mengawal kehidupan pendidikan dan masa depan mereka sama halnya dengan mengawal Banua dan Indonesia untuk lebih baik. Kehadiran guru pun demikian dimana banyak guru yang terdampak banjir mengalami kesulitan secara akses air bersih, sembako dan lain sejenisnya. Ini pun menghambat tugasnya untuk menyiapkan dan melakukan tugas pendidiknya sebagai guru. Mereka juga perlu diperhatikan dan dipedulikan. Untuk itu, mari optimis bangkit untuk menghadapi hari esok yang jauh lebih baik dengan tantangan yang mungkin lebih baru.

Kita sangat meyakini bahwa di balik bencana, banyak pelajaran penting yang bisa diambil untuk mampu hidup berdampingan dengan alam sekitar agar banjir terbesar sepanjang sejarah di Kalimantan Selatan ini tidak kembali terulang ke depannya. Nilai-nilai pendidikan semacam ini juga perlu diajarkan kepada anak didik supaya ke depan ketika “mereka besar” mampu hidup berdampingan dengan alam sekitar. Oleh karenanya, menata kehidupan manusia yang ramah terhadap lingkungan menjadi kunci strategis agar anak didik bersama para guru ke depannya mampu melakukan interaksi pendidikan dan pembelajaran yang nyaman dan damai. Tidak ada lagi ada anak didik dan guru yang terganggu dalam menjalani aktivitas belajar mengajarnya. Semoga…